Selasa, 22 September 2015

Pelukan Yang Terhempas

Kutatap binar bola matamu
Sejenak ku terpana

Dalam sekejap
Kau buka semua pintu langit
Tanpa sekedip
Kupeluk dirimu

Pelukan yg lama kurindukan
Irama perlahan
Peluh menetes
Ku terhempas
Binar matamu tetap memancar
Dan senyum itu
Tetap mempesona

Hembusan asap rokokmu
Perlahan terhembus dari bibirmu yg menawan
Ku masih terhempas
Dalam bayang surgawi

Perlahan ku terlelap
Dalam mimpi kosong

Kutersadar
Samar samar kau tersenyum
Hembusan asap rokok terus menembus langit

Ku masih terhempas

Perlahan rokok kau matikan
Senyummu menerkamku
Kembali kita terbenam dalam lautan surgawi

Senyummu terus menenggelamkanku
Kau hempaskan aku lagi

Senyummu
Terus membayangi

19 September 2015


***

Senin, 07 September 2015

Senja Kala Di Bengkel Cinta

Sore temaram
Ditemani dedaunan terhembus angin
Kutatap langit
Penuh kabut asap

Asap pekat
Sepekat hatiku pada senyummu

Sore begitu temaram
Hujan sekejap
Tak berdaya mengusir kabut asap

Dalam kesunyian sore kelam
Kembali kutatap senyummu
Yang terus membayangi

Senyum yg takkan luntur
Oleh hujan dan kabut asap

Ku ingin memaki pembakar hutan
Kuingin protes pada Tuhan
Kenapa harus disiksa
Dalam lautan kabut asap

Namun niat itu sirna
Ketika kembali kutatap senyummu
Gelora hati
Menggetarkan kalbu
Senyummu
Sesejuk salju di himalaya

Kabut asap
Hujan sekejap
Sore temaram

Kutatap terus senyummu
Di bengkel cinta
Hembusan angin dingin
Menyadarkanku
Yg bisa kumiliki hanya senyummu
Yg begitu memabukkan

Langit semakin senja
Sore semakin larut
Kututup tatapan senyummu
Bergegas

Meluncur kembali di rimba kehidupan

5 September 2015

***

Selasa, 01 September 2015

Cinta Pada Sebongkah Durian

Ku terhenyak sendiri
Di kursi butut tua
Memandang para pakar berkicau
Agar negara ini tentram

Kepala mulai nyut nyut nyut
Durian effect

Tiga bongkah durian
Pasrah tak berdaya
Kemilau pisau tajam
Membelah durian dengan kejam

Durian effect semakin kejam
Pikiran semakin mengawang ke langit

Di awang awang
Kusesali seluruh drama tak berkesudahan

Terlalu banyak drama tanpa skenario
Entah akan kemana negara ini dibawa
Kerakusan menguasai nadi kenegaraan
Kaum idealis terkulai di emperan peradaban
Bagai durian yg kujajah

Setetes cinta yg mengembang
Pada tiga bongkah durian
Menatap tak berdaya
Pada lalu lalang kerakusan
Luasnya langit malam
Tak berarti apa apa

Patriotisme kenegaraan yg hilang
Bambu runcing modern
Kalah oleh gemerlap hedonisme dunia

Diktator kembali dirindukan
Untuk menyatukan kembali
Serpih serpih patriotisme yg retak oleh zaman
Pekik merdeka
Hanya seakan konsumsi akademik

Kutatap kulit durian
Kutatap diriku
Yg tenggelam dalam skenario kelompok gila
Patriotisme yg patah
Bahkan oleh tusukan ilalang

Kupejam mata
Kunikmati alam gelap
Ditemani durian effect
Entah di mana senyummu
Yg terbayang hanya senyum si gila

Petuah sang dosen
Tinggalkan semua yg membuat repot hidupmu
Kembali menari di pelupuk mata

Kembali kucari senyummu cintaku
Enyah di mana dirimu

Kau biarkan aku dikepung kaum gila

31 Agustus 2015

Langit Gelap Malam

Ku tatap langit
Tanpa bintang
Tanpa rembulan
Dingin
Sedingin tatap matamu

Entah apa yg terpikir olehmu
Tatap mata itu
Masih misteri

Langit gelap
Segelap hatiku
Yang masih terus menatapmu
Namun tatapmu menerawang
Seakan tak menganggapku ada

Kuraih jemarimu
Tiada reaksi
Kuraih lenganmu
Tiada reaksi
Kuraih pundakmu
Tiada reaksi
Kukecup bibirmu
Tiada reaksi
Kurengkuh tubuhmu
Tiada reaksi

Tatap matamu tetap kosong
Kutatap mata kosongmu
Hampa

Kusadari
Misterimu begitu kau nikmati
Tanpa misteri hidupmu hampa
Misteri adalah dirimu
Kuingin menceburkan diri dalam misterimu
Namun angin malam menderu

Angin malam
Bintang gemintang
Rembulan
Nyanyian jangkrik
Kukutuk diriku

Sekali lagi kukecup bibirmu
Dan ku melangkah perlahan
Kutinggal dirimu
Yg tenggelam dalam misteri

Kutatap langit
Ada senyummu di langit
Senyumlah
Senyumlah

Hanya itu yg bisa kumiliki

27 Agustus 2015

***