Kamis, 20 Agustus 2015

Akhirnya Kukenang Pohon Itu

Pagi ini aku ngopi lagi
Seperti biasa
Kopi yg masih panas
Kuteguk perlahan

Ada yg lain dihatiku
Entah apa
Panas mentari terasa lain
Pikiranku berputar
Ada apa gerangan

Aku menjelajah dunia maya
Sambil memutar kembali kenangan tentangmu
Sesekali kuteguk kopi yg mulai dingin
Kupandangi kembali senyummu
Yang selalu menyejukkan hati
Entah apa yg di hatimu  sekarang

Hawa pagi terasa panas
Tidak seperti biasanya
Panas yang sungguh tidak bersahabat
Kutatap ke depan
Serasa ada yg hilang

Oh ternyata memang ada yg hilang
Sebatang pohon tua depan kedai kopi
Tumbang dalam keperkasaan buldozer

Pohon yg sudah tua renta
Yg setiap hari memberi kesejukan
Kini tergeletak tak berdaya

Betapa manusia begitu  angkuh terhadap alam
Kesejukan dikalahkan oleh nafsu dunia
Kesejukan yg tidak ternilai
Harus kalah pada keping rupiah

Dalam kungkungan hawa panas
Kembali kutatap senyummu
Hanya senyummu yg kan menyejukkan hati

Kuteguk kopiku utk tetes terakhir
Kututup tampilan senyum manismu
Kupandangi tanah kosong bekas tempat berdiri pohon tua
Kesejukan yg hilang
Terasa membekas di hati
Hilang sudah aroma surga itu
Entah di mana harus kucari lagi.

21 Agustus 2015

·           *   *

Kapan Ku Bisa Melupakanmu


Langit sudah gelap gulita
Ku melaju di jalanan sepi
Kepala rasanya mau pecah
Pikiran terkuras
Terlalu banyak perilaku yg tak perlu
Tapi begitu dominan dalam negara amburadul ini

Siraman air dingin
Belum bisa mendinginkan pikiran
Ku hempaskan diri di kursi butut tua
Ditemani jus timun
Dan ocehan sentilan sentilun
Pikiran masih berkecamuk

Kupejamkan mata
Perlahan terasa sejuk di kalbu
Semakin kupejam mata
Semakin sejuk
Bayangan hitam perlahan memudar
Sayup sayup
Terpancar senyum indah

Oalah.......
Senyum itu lagi

Di tengah gemuruh pikiran
Senyum itu hadir lagi

Kuteguk jus timun
Tensi pikiran terasa menurun
Sentilan sentilun terus berkoar
Mata sudah tak pejam lagi
Senyummu hilang perlahan dari pelupuk mata

Hatiku berontak
Moralitas kehidupan terkoyak
Tujuan bernegara itu sudah terjerembab

Tiba tiba datang lagi senyummu
Terbit di pikiran

Kupandangi senyummu di pikiranku
Senyummu mendamaikan pikiranku

Kuteguk lagi jus timunku
Yang hanya tinggal seteguk
Pikiranku kembali kosong
Sekosong gelasku

Senyummu kali ini lain
Seakan mendorongku ke langit
Untuk apa terus di bumi
Bukankah langit begitu indah
Bukankah bumi penuh dosa

Kali ini senyummu aneh
Inikah senyummu yg sebenarnya

Sentilan sentilun sudah selesai entah berapa lama
Pikiranku kembali kosong
Mata sudah begitu berat untuk tidur

Kusadari
Kemunafikan masih menguasai diriku
Entah kapan akan menepi

Ku ingin melangkah ke dalam kerumunan abg
Namun langkahku seakan berhenti
Rembulan seakan marah

Sudahlah nak
Untuk apa berharap pada renbulan
Nikmati saja senyum manis itu
Walau tatap matanya masih menyisakan tanya

Sudahlah dek
Peraduan menantimu
Malam akan tetap berganti siang
Senyum itu akan selalu hadir
Di setiap detak jantungmu


Selamat malam senyum manis seorang

15 Agustus 2015

*   *   *

Senyummu Hatinya

Lalu engkau tersenyum lagi
Senyum yg entah untuk kesekian kalinya
Senyum bibir merah
Bercampur peluh desah

Hatiku gaduh
Kejamnya kebimbangan
Tulusnya senyummu
Ke tetap tak menerka
Misteri senyummu
Tetap membuatku bimbang

Walau rembulan menfatwa
Walau angin malam menderu
Jangan biarkan senyumnya sia sia

Betapa bodohnya diri ini
Masih membiarkan senyum itu manyun

Sungguh
Ku ingin senyum itu bukan hanya sekedar senyum
Ku ingin membawanya ke peraduan
Singgah di angkasa hati

Akankah peraduan kan ikhlas menerima
Adakah kan seiring sejalan

Tuhan
Jangan siksa aku begini
Karunia bersiksa
Hatiku telah terisi lama
Senyum ini masih baru
Hati yg lama dan senyum baru
Tak mudah untuk bersatu

Kupasrahkan pada ilahi
Satukanlah kami bertiga
Aku
Hati yg lama
Dan senyum manismu

Esok
Hati yg lama kan menyambutku
Dengan peluk cium
Kuyakin
Dalam pelukannya ku masih akan mengingat senyummu
Bahkan ketika bercumbu rayu di peraduan
Senyummu masih membahana

Tuhan
Satukanlah hati kami bertiga
Ini semua takdirmu
Jangan siksa aku begini

Jangan lukai hati yg lama
Jangan tusuk hati senyum yg baru
Jangan iris hatiku

Tapi bila dirimu tak merestui
Jauhkanlah batinku dari senyumnya
Beri dia batin yg lain
Dan jangan pernah lagi pertemukan kami

Tuhan
Ku butuh ketegasanmu
Segera satukan kami bertiga
Atau segera hapus memori dari senyumnya

11 Agustus 2015

*   *   *


Sekeping Harmoni Di Kota Perjuangan

Keping hati itu kembali jatuh
Debu jalanan bergemuruh

Malam sampai dinihari
Kunikmati angin malam
Kota yg dulu singgah di kehidupan

Angan menerawang jauh
Doda dosa masa lalu berpendar tanpa rasa kasih

Kuhirup angin malam di nyamplungan
Ditemani sate madura
Kesendirian yg hening
Riuh rendah suara kaum urban
Takkan mengalahkan pergelutanku dengan malam malam yg pernah kumiliki

Desah derai gadis malam jalanan
Seakan menyiksa batinku
Dosa dosa itu kembali berteriak

Embun pagi mulai hadir
Sate madura telah lama sirna
Es teh sudah tak dingin lagi
Pikiranku tersadar
Tuhan punya rencana sendiri
Ku harus melangkah jauh lagi
Ke angkasa kehidupan

Angin malam
Debu jalanan
Sate madura
Es teh.
Derai gadis malam jalanan
Dan beribu kenangan
Kan abadi di hatiku

Kota perjuangan
Aku pasti kembali

10 Agustus 2015

*   *   *



Di PintuMU Aku Mengetuk

Tuhanku
Dengan menyebut namamu
Ku ingat senyumnya
Yang begitu kasih
Seindah kasihmu

Tuhanku
Dengan mengingat sayangmu
Kupandangi
Kerjap matanya

Tuhanku
Kenapa kau ciptakan dirinya
Tanpa harus kumiliki

Bahkan harum rambutnya
Tak bisa kumiliki

Tuhanku
Kenapa hanya angan yg kau berikan untukku
Bukankah ku menyembahmu dengan sepenuh hati
Dan doaku hanya tentangnya

Benarkah kau selalu memberikan yg terbaik utk ummatmu
Tapi kenapa keperihan ug kau berikan untukku

Tuhanku
Bila dia kau ciptakan bukan untukku
Buatkah aku mepupakannya
Dan tak mengingatnya lagi walau sekejap

Tuhanku
Berikanlah penggantinya utkku
Walau ku tetap berharap dirinyalah untukku

Tuhanku
Di pintumu aku mengetuk
Berikan dia utkku
Walau hanya sekejap.

10 Agustus 2015

*   *   *


Cinta Sabun mandi

Sesaat senyummu mengembang
Merekah di gelap malam
Gemericik air
Tak menyurutkan senyummu

Kubelai rambutmu
Kucium pipimu
Matamu terpejam

Walau tanpa terasa
Belaian cinta berbasuh peluh
Senyummu terus mengembang
Desah terbenam perlahan

Kuterhenyak sejenak
Betapa manisnya dirimu
Di belantara kehidupan
Cinta di antara ada dan tiada

Gemericik air
Dalam kekuasaan sabun mandi
Takdir yg tak tertandingi

Perlahan sabun mandi sirna
Dan sirna jualah cintamu

Antara sabun mandi dan cinta
Kasih bertepi
Laksana ombak di pantai

9 Agustus 2015

*   *    *


Sekeping Hati Yang tertinggal

Kuterjaga dari peraduan malam
Sesaat ku tercenung
Akankah secepat ini berlalu
Senyummu akan hanya dalam bayangan

Kubuka lembar masa lalu
Membuatmu membuat hati sungsang
Samar samar senyummu mengembang
Semakin jauh semakin samar

Entah apa yg hanyut
Sekeping hati itu kian terbenam
Tertinggal di dasar lautan

Angin bertiup tanpa gemuruh
Hati yg terisak tanpa suara

Langkah gontai menapak perlahan
Pintu itu akhirnya sirna
Elang harus terbang
Di angkasa kehidupan

Terlalu banyak keping hati yg tertinggal

Realita harus dihadapi
Namun angan itu terlalu indah utk ditepis
Menari di pelupuk mata

Tidurlah sayang
Mimpiku mimpimu takkan bertemu

Keping hati yg terpinggal
Takkan menggores hatimu
Tapi menggores lukaku yang pernah singgah
Keping hati yg kan terbang

Menapaki kehidupan nyata

10 Agustus 2015

*   *   *

Galau Matamu

Luruh ku tatap matamu
Seakan mnikam jantungku
Entah apa yg ada di hatimu

Tiada terucap
Namun tatapanmu bicara

Sinyal alam semesta
Namun kuragu dalam hatiku
Kucoba meneguhkan diri
Namun itu tak mudah
Walau merpati tak ingkar janji
Walau angsa kan pulang ke kandang

Kan tetap sulit melupakan senyummu

Bibir yg indah
Bagaimana ku kan melupakannya

Ilahi punya rencana sendiri
Biarlah beliau yg kan menentukan

Walau begitu
Tetap takkan mudah melupakanmu
Kan tetap ada sisi kosong di relung hati
Yg kan selalu menantikan dirimu

Biarlah hati yg kan bicara
Hati kan tiada berdusta
Tatap matamu takkan kulupakan
Tatap matamu kan terus melekat di relung hati
Tatap mata yg tak butuh sabda
Tatap mata yg kan mengiringi langkah
Tatap mata yg takkan mengalirkan air mata
Walau hati perih lirih
Namun tatap matamu kan tetap terbit di hatiku

Lupakanlah diriku
Walau tatap matamu takkan kulupakan

Bencilah diriku
Walau hatiku kan tetap mengingat tatapmu

Teruslah melangkah
Dan jangan berpaling lagi
Dunia kita berbedsa
Walau hati kita menyatu
Ntuk selamanya

9 Agustus 2015

*   *   *




Susan

Susan
Lama tidak berjumpa
Sewindu tidak sedetik

Susan
Kerling matamu masih seperti dulu
Gemulai dirimu juga

Sayang sekali
Rona pipimu sirna sudah
Lipstik dan bedak membuat daripadamu jadi muram

Susan
Kenapa matamu nanar menatap daku
Daku masih seperti dulu
Yang lantang berteriak : "ini negeriku juga"
Yang tengah malam keluyuran menghirup angin malam
Yang tak pandai memakai dasi
Dan doyan sate.

Susan
Percayalah
Tiada perobahan dalam diriku
Semuanya hanyalah ombak tepi pantai
Ombak dan gelombang tiada sama

Susan
Kaulah Susanku
Yang daku puja langit bumi
Kenapa dikau ragukan diri daripadaku
Jangan katakan daku berlumur lumpur
Karena daripadaku bagai teratai

Susan

31 Desember 2007

*****

Galau

Gundah gulana diriku mengingatmu
Mengingatmu bagaikan mendaki Himalaya
Padahal aku bukan anggota Pecinta alam
Aku cuma anggota Pramuka
Itupun bukan Bantara

Resah gelisah aku membayangkanmu
Membayangkanmu bagaikan berenang di Sungai Gangga
Padahal gaya berenangku cuma gaya batu

Galau hatiku menatap dirimu
Bagaikan menatap rembulan di malam hari
Kenapa rembulan berada di langit
Begitu pelitkah Tuhan
Padahal aku ingin menjangkaunya
Terbuat dari apakah gerangan
Kenapa begitu berkilau bercahaya

Susah hatiku memandang bola matamu
Bagaikan memandang cahaya lilin
Binar matamu yang begitu sayu
Mencerminkan keabadian
Matamu yang bagai bintang kejora
Menembus relung hatiku

Sungguh
Kaulah pelita hatiku
Lupakanlah impian kosongmu
Dan mari kita pacaran saja

24 Januari 2008

*   *   *

Symponi Rindu

Kudengar simponi di sana
Mengalun sendu pilu terasa
Terasa gelisahku yang kian mencekam
Seiring datang gerimis perlahan

Tangiskupu n tersendat pilu
Tiada kau yang masih kudambakan
Di sini di pembaringan ini aku sendiri
Menanti sampai akhir hidup ini

Di hatiku
Tiada yang lain selain dirimu
Kau pelita hidupku

Di hatiku
Hanya kau masih dambaan kalbuku
Kau tumpuan harapan yang terakhir

Song by : Betaria Sonata

*  *   *

Sepasang Angsa

Sepasang angsa
Bercanda di tengah danau
Dalam kesunyian
Senja yang kian memerah

Duduk sendiri
Memandang angsa bercinta
Dalam kesunyian
Cinta kasihnya yang syahdu

Teringat aku
Pada pujaan hati
Yang pergi tiada beritanya

Oh angin lalu
Sampaikanlah pesanku
Bahwa diriku setia menunggu
Di tepian danau ini

Sepasang angsa
Bercintalah sampai mati
Jangan sampai terjadi
Perpisahan seperti diriku

Di manakah kau
Wahai pujaan hati
Yang pergi tiada beritanya

Oh angin lalu
Sampaikanlha pesanku
Bahwa diriku setia menunggu
Di tepian danau ini

Song by : waduh lupa banget help dong

*   *   *

Satu Jam Saja

Jangan berakhir
Ku tak ingin berakhir
Satu jam saja
Ku ingin diam berdua
Mengenang yang pernah ada

Jangan berakhir
Katrena esok takkan lagi
Satu jam saja
Hingga kurasa bahagia
Mengakhiri segalanya

Tapi kini tak mungkin lagi
Katamu semua sudah tak berarti
Satu jam saja
Itu[pun tak mungkin
Tak mungkin lagi

Jangan berakhir
Ku ingin sebentar lagi
Satu jam saja
Ijinkan aku merasa
Rasa itu pernah ada

Song by : Audi

*   *   *

Piala hati

Ketika kau ucapkan selamat tinggal
Menitik air matamu perlahan
Sengaja tak ku hapus
Kubiarkan
oh jatuh terhempas

Haruskah begini akhir segalanya
Yang kupertahankan sejak semula
Hancurlah sudah kini
Piala
oh piala hati

Beginikah akhir cerita cinta kita
Beginikah sumpah setia kenyataannya
Inikah sorga yang kau janjikan
Nyatanya racun yang kau sajikan

Beginikah akhir dari segalanya
Inikah sorga yang kau katakan
Noda yang kau tinggalkan

Tinggallah kusesali diriku kini
Terbujuk rayuan godaan cinta
Kau pergi tak kembali
Cukup ucap selamat tinggal

Song by ; waduh lupa banget, help dong...

*   *   *

Musafir

oleh : Roseline, BDG

Lelah sudah ku berjalan
Tiada jua kutemukan perhentian

Kutanya orang - orang di jalan
Di mana ku dapat tempat melepas segala lelahku
Tiada jawaban

Berat beban yang kupikul
Luka menganga
Di kakiku yang penat
Siapa yang pedulikan aku ?
Sendiri aku dalam kesunyian

Siapa itu ?
Datang menyongsong dari kejauhan
Keramahan
Damai
Dan kasih

terpancar di wajahnya
Seorang kasih yang menaruh kasih

Perawan, dalam rumahmu
Lenyap
Lepas segala bebanku

Kau basuh lukaku yang perih
Dengan air kasihmu
Kini
Mulutku penuh tawa
Saat kurenungkan
Kasih seorang kasih

(Dikutip dari media massa 90-an)

*****

Memori

Sekedip matamu
Seakan dalam mimpi
Senyummu
Lesungmu
Wajahmu
Menjelma
Hayalan lembut
Menggugah hati
Ke dulu kala hari yang bahagia

Kau lari kukejar
Tertawa bercanda
Sumpahmu
Sumpahku
Yang kini tak tercapai
Kau pergi jauh
Janji kembali
Kini kau pulang membawa kekasih

Memori
Kau membuka luka lama
Yang ku ingin lupa

Memori
Tolong daku
Pergi jauh
Janji takkan kembali, memori

Song by : Ruth Sahanaya

*   *   *

Maafkan

Malam kelam ini
Hati sunyi sepi
Tiada lagi cinta dan asmara untukku

Maafkanlah sayang
Segala salahku
Kini tinggal kenangan
Semua telah hilang

Biarkan daku
Sepi
Sedih
Dan sendiri
Walau kusadari kini semua hanya duka

Song by : waduh lupa banget. bantu donk......

*   *   *

Kusadari

Kusadari
Memang aku yang bersalah
Selalu saja tiada waktu bersamamu

Maafkanlah
Aku yang telah ingkar janji
Takkan lagi semua ini kuulangi

Hapuslah sudah semua
Kebencian di dada
Aku mohon padamu
Maafkanlah salahku

Sumpah
Demi Tuhan
Demi untukmu
Apapun yang terjadi nanti
Aku ingin selalu bersamamu

Song by : maaf lupa banget. Help.

*   *   *

Kembali

Ada kalanya ku sendiri
tiada mengerti jalan hidupku
Selama ini ysang ku tahu
Tlah aku coba melupakanmu

Dan kenyataan slalu tak berubah
Kepadamu aku kembali

Sambut tanganku
Agar semua luka
Dan masa lalu kita lupakan

song by : Gito Rollies

*   *   *

elegi Rindu

Yang
Selamat bermimpi
Kuucapkan untumu dari sini

Yang
Sebelum terlena
Ukirlah namaku di relung hatimu

Yang
Cepatlah kau datang
Pintu mimpiku terbuka untukmu

Bawalah daku dalam mimpimu
Seperti yang kau lihat di sini
Di mataku hanya ada kamu

Bermimpilah bermimpi kita
Tentang ratu dan raja sehari

Bermimpilah bermimpi kita
Tentang pulau bali yang indah

Tempat yang kita janjikan
Pergi berbulan madu
Bunga bunga cinta
Masih menari

Oleh Obbie Messakh (maaf bila ternyata salah)

*   *   *

Makna Sebuah Titipan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa:
sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipanNya,
bahwa hartaku hanya titipanNya,
bahwa putraku hanya titipanNya,

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali olehNya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa
itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku".
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku.

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...

"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

WS Rendra

Perahu Retak

Perahu negeriku
Perahu bangsaku
Menyusuri gelombang

Semangat rakyatku
Kibar benderaku
Menyeruak lautan

Langit membentang
Cakrawala di depan
Melambaikan tantangan

Di atas tanahku
Dari dalam airku
Tumbuh kebahagiaan

Di sawah kampungku
Di jalan kotaku
Terbit kesejahteraan

Tapi ku heran
Di tengah perjalanan
Muncullah ketimpangan

Aku heran
Aku heran
Yang salah dipertahankan

Aku heran
Aku heran
Yang benar disingkirkan

Perahu negeriku
Perahu bangsaku
Jangan retak dindingku

Semangat rakyatku
Derap kaki tekadmu
Jangan terantuk batu

Tanah pertiwi
Anugerah Ilahi
Jangan ambil sendiri

Tanah pertiwi
Anugerah Ilahi
Jangan makan sendiri.

Aku heran
Aku heran
Satu kenyang
Seribu kelaparan

Aku heran
Aku heran
Keserakahan diagungkan

(Oleh : Emha Ainun Najib & Franky Sahilatua)

*   *   *

Anak Wayang

Mengembara memahami makna cinta
Mengurai kata di lautan jiwa
Di hadapanmu aku tak bisa berdusta
Mencintaimu adalah mencintai hidup

Anak wayang di ambang gamang
Berlayar di samudra telanjang
Membawa api menjelajahi cakrawala
Di mana air mata bukan lagi duka

He la la la he la la la

Merindukanmu di saat hilang arah
Memelukmu lalu meninggalkanmu
Aku sudah basah aku pasrah
Mencintaimu adalah mencintai hidup

Aku bukan sedang berduka
Aku sedang menghadapi cinta
Aku sedang menghadapi prahara
Di mana air mata bukan lagi duka

He la la la he la la la

(oleh : Iwan Fals/Sawung Jabo)

*****

Rajawali

Satu sangkar dari besi
Rantai kasar pada hati
Tidak merubah rajawali
Menjadi burung nuri

Satu luka perasaan
Maki puji dan hinaan
Tidak merubah sang jagoan
Menjadi makhluk picisan

Burung sakti di angkasa
Lambang jiwa yang merdeka
Pembela kaum yang papa
Penggugah jiwa lara

Jiwa anggun teman sepi
Jiwa gagah pasti diri
Sejati

Bertahan pada godaan
Prahara atau topan
Keberanian

Setia pada budi
Setia pada janji
Kegagahan

Menembus kabut malam
Menguak cadar fajar
Mendatangi matahari
Memberi inspirasi

Mendaki
Mendaki
Meninggi
Meninggi
Bersepi
Bersepi
Bersepi

(oleh : WS Rendra/Iwan Fals)

*   *   *

Ilir Ilir


................
................
................
................

Ilir - ilir, kita sudah ngilir
Kita sudah bangun, sudah bangkit
Bahkan kaki kita sudah berlari ke sana ke mari
Namun akal pikiran kita belum
Hati Nurani kita belum

Kita masih merupakan anak-anak dari orde
Yang kita kutuk di mulut
Namun kita biarkan ajaran-ajarannya terus hidup subur
Di dalam darah dan jiwa kita

Kita mengutuk perampok
Dengan cara mengincarnya
Untuk kita rampok balik

Kita mencerca maling
Dengan penuh kedengkian
Kenapa bukan kita yang maling

Kita mencaci penguasa lalim
Dengan berjuang keras
Untuk bisa menggantikannya

Kita membenci para pembuat dosa besar
Dengan cara setan
Yakni melarangnya untuk insaf dan bertobat

Kita memperjuangkan gerakan anti penggusuran
Dengan cara menggusur

Kita menolak pemusnahan
Dengan merancang pemusnahan

Kita menghujat para penindas dengan riang gembira
Sebagaimana iblis
Yakni kita halangi usahanya
Untuk memperbaiki diri

Sesudah ditindas
Kita menyiapkan diri untuk menindas

Sesudah diperbudak
Kita siaga untuk ganti memperbudak

Sesudah dihancurkan
Kita susun barisan untuk menghancurkan

Yang kita bangkitkan bukan pembaruan kebersamaan
Melainkan asyiknya perpecahan

Yang kita bangun bukan nikmatnya kemesraan
Tapi menggelaknya kecurigaan

Yang kita rintis bukan cinta dan ketulusan
Melainkan prasangka dan fitnah

Yang kita perbaharui bukan penyembuhan luka
Melainkan rancangan-rancangan panjang
Untuk menyelenggarakan perang saudara

Siapa selain setan iblis dan dajjal
Yang menolak husnul khotimah manusia
Yang memblokade pintu sorga
Yang menyorong mereka mendekat ke pintu neraka

...........
...........
...........
...........

(Oleh : Emha Ainun Najib)

*****

Balasan Puisi Sang Istri

Suamiku,
Bila kau memang mentari, sang surya penebar cahaya
Aku rela kau berikan sinarmu kepada segala planet yg pernah
TUHAN
ciptakan karna mereka juga seperti aku butuh penyinaran dan
akupun juga
Tak akan merasa kurang dengan pencahayaanmu
AKAN TETAPIIIIIIII. .......
Bila kau hanya sejengkal lilin yg berkekuatan 5 watt, jangan
bermimpi menyinari planet lain!!!
Karena kamar kita yg kecil pun belum sanggup kau terangi
Bercerminlah pd kaca di sudut kamar kita, di tengah remang-
remang
Pencahayaanmu yg telah aku mengerti utk tetap menguak mata
Coba liat siapa dirimu... MENTARI atau lilin

Oleh : NN

*****

Puisi Suami Yang Minta Izin Poligami

Istriku,
Jika engkau bumi, akulah matahari
Aku menyinari kamu
Kamu mengharapkan aku
Ingatlah bahtera yg kita kayuh, begitu penuh riak gelombang
Aku tetap menyinari bumi, hingga kadang bumi pun silau
Lantas aku ingat satu hal
Bahwa Tuhan mencipta bukan hanya bumi, ada planet lain yg
juga mengharap aku sinari Jadi..
Relakanlah aku menyinari planet lain, menebar sinarku
Menyampaikan faedah adanya aku, karna sudah kodrati
dan Tuhan pun tak marah...

Oleh : NN

*   *   *


Adegan

Oleh : Dianing Widya yudistira

Aku buka lembar sejarah masa silam
Teringat aku pada tatapmu
Yang luruh tertelan malam
Membangkitkan kenangan jemu

Pertemuan hanya membuat hati sungsang
Menguntai hari hari tiram
Pada maknamu tak lagi ada makna
Barangkali sejarah kita musti ternoda

Aku tutup lembar sejarah masa silam
Tak ada jerit yang menyapa indah
Mungkin sudah saatnya berlalu kelam
Ke negeri yang teramat jauh

(Dikutip dari media massa 90-an)

*******

Ya Buya

Ya Buya
Di mana saja kau
Aku mencarimu
Menuntut tanggung jawabmu

Kau biarkan dirimu suci sendiri
Bermesra dengan para anbiya dan mursalin
Bermesra dengan para aulia
Berkhotbah sana sini
Tentang sorga
Tentang kisah suci
Tentang bidadari
Tentang ayat suci

Kau biarkan kami merana
Ditemani tuak dan ganja
Di emperan peradaban
Berlumur dosa
Bergelimang maksiat
Bermandikan kemunafikan
Berpelukan dengan iblis

Ya Buya
Adakah kau ke sorga sendirian
Dengan segala kesucianmu

Ya Buya
Selamat jalan
Kami di sini saja
Di peraduan jahanam
Neraka Saqor tercinta
Ditemani Malik Jabaniah

15 November 2001

*****

Tuhan dan Pengemis

Yang pantas menyebut namaMU
Hanya mereka
Yang sanggup membangun rumah suciMU
Yang sanggup membeli kitab suciMU
Yang sanggup membayar zakat
Yang sanggup pergi ke tanah suci
Yang sanggup belajar ngaji
Yang sanggup memanggil ulama kondang

Yang pantas memujaMU
Hanyalah mereka
Yang berazaskan agamaMU
Yang berkampanye dengan ayat suciMU
Yang berseminar tentang PiagamMU
Yang demonstrasi membawa benderaMU

Yang pantas jadi pembelaMU
Hanya yang bisa meneriakkan namaMU

Kami tidak pantas
Kami tak bisa
Kami tak sanggup

Kami tak tahu apa-apa
Yang kami tahu hanya mencari sesuap nasi
Dan makan tanpa menyebut namaMu

Kami tak bisa mengaji
Kami hanya bisa mendengung
Mengharap belas kasihan

Kami tak bisa berteriak
Kami hanya bisa merintih
Karena perut melilit

Kami tak takut neraka
Kami tak takut dosa
Apa itu semua
Kami lebih takut mati kelaparan
Kami lebih takut mati kedinginan
Kami lebih takut mati kehausan

Ketika mereka bersembah sujud di rumahMu
Kami menengadahkan tangan di pintu gerbang

Ketika mereka demonstrasi
Membela benderaMu
Kami bergerombol membawa kaleng kecil
Berharap uang logam

Ketika mereka bertablig akbar
Kami berbaris
Sambil menggendong bayi kecil
Berharap limpahan rupiah

Ketika mereka berseminar
Tentang kemiskinan
Sambil makan berlimpah
Kami menunggu
Bekas sisanya

Kami tak bisa lagi mengingatMU

15 November 2001

*****

Siti Jenar

Kanjeng
Yang mulia
Salam untukmu

Kaulah pelita
Penerang kegelapan
Di alam mayapada

Kanjeng
Masih terngiang di benakku
Akan Khotbahmu
Apalah artinya memuja Tuhan
Apalah artinya memuji Tuhan
Bila masih terus mengkentuti Tuhan

Jangan Kentuti Tuhan
Dengan banyak cara
Dengan menipu sesama
Dengan membunuh sesama
Dengan mencerca sesama
Dengan membenci sesama
Dengan memfitnah sesama
Dengan membuat susah sesama
Dengan menambah penderitaan sesama
Dengan korupsi, kolusi dan nepotisme
Dengan sikut sana sini
Dengan mengobarkan kerusuhan
Dengan membom WTC dan Pentagon
Dengan menyerbu taliban

Daripada mengkentuti Tuhan
Lebih baik kentuti saja daku
Itulah khotbahmu

Kanjeng
Demi rakyat kecil
Yang miskin nestapa
Kau tolak tawaran kekuasaan
Walau diajak Kalijaga
Kau malah menemani Pengging
Orang yang terpinggirkan

Kanjeng
Kami rindu ente

15 November 2001

*   *   *

Bila Haus Di Padang Tandus

Ke mana aku mengadu
Pengembaraan tiada akhir
Melanglang buana
Gurun pasir tiada batas
Terik mentari tiada terperikan
Terasa haus menerpa
Betapa lara terasa
Fatamorgana laksana mukjizat

Oase setitik peluh
Aku rindu kamu

Wahai para insan bijak mentari
Di mana engkau kini
Nama tanpa wujud
Laksana peri di ujung pelangi
Engkau indah di hati
Namun tak kunjung tiba
Ataukah engkau telah meninggalkan buana
Menuju Valhalla

Lihatlah alam nestapa ini
Pasir dan debu di mana-mana
Tetesan sorga di bumi
Kini tinggal kenangan
Gurun pasir menjelma
Onta menjerit
Kalajengking berlinang air mata
Domba gundah gulana

Pengembara menapaki langit
Kenapa langit menjadi hitam
Siapa gerangan yang mengganti warnanya
Betapa tiada indah lestari
Bintang gemintang sirna ke mana
Rembulan merajuk cemas

Kami para pengembara
Tukang becak
Pedagang kaki lima
Pelacur jalanan
Pengamen
Waria
Buruh
Mbok jamu
Pengemis tua
Petani kecil
Nelayan
Pencopet
Provokator bayaran
Berlinang air mata
Merindukan setetes embun pagi
Kenapa pagi tiada menjelma
Adakah malam akan terus beradu
Dan sang fajar takkan datang lagi

Gurun pasir yang tiada batas
Adakah engkau marah pada kami
Bukan kami membencimu
Kami cuma haus
Limpahkanlah seteguk zamzam
agar kami mencintaimu
Hari demi hari

Kami cuma butuh minum
Kami tak butuh permata
Kami tak butuh tahta
Kami tak butuh kursi
Kami tak butuh kekuasaan
Kami tak butuh partai
Kami tak butuh dekrit presiden
Kami tak butuh sidang istimewa
Kami tak butuh itu semua

Kami cuma butuh minum
Agar kami bisa menari
Diiringi swara mahadewi
Menikmati indahnya sorga dunia
Di atas rerumputan laksana permadani

Kami cuma butuh minum.

15 November 2001

*   *   *

Nusantaraku

Dengan bambu runcing
Dan semangat membara
Kami meraihmu, merdeka

Dengan hati seputih salju
Kami mencintaimu
Nusantaraku

Sriwijaya menjelma kembali
Majapahit bangkit dari peraduan

Kami berikan segalanya untukmu
Raga dan sukma

Namun, kami kecewa
Nusantaraku tercinta
Kini jadi pesakitan
Laksana kapal karam
Digerogoti zaman
Negeri indah
Laksana untaian mutiara
Tongkat batu jadi tanaman
Harus berurai air mata

Nusantaraku
Revolusi mari kita bangkitkan lagi
Hadang dan terjang para benalu
Kami anak zaman
akan selalu membelamu
Walau kau banyak hutang

Masih banyak patriot bangsa
Bercita cita suci mulia
Akan siap membelamu

Kita taklukkan dunia
Dengan semangat vespa sejati

15 November 2001

*****

Drakula Romantis

GGGrrrrhhhhhh....
Nikmatnya
Darah segar manusia
Memberi gelora di nadi
Aku cinta padamu

Grrrrhhhhh....
Kulihat mangsa
Bertebaran
Di perumahan
Di pasar
Di jalanan
Di lautan
Di pedalaman
Di bawah tanah

GGrrrrhhhhh....
Apalagi yang kurang
Darah siapa lagi
Darah yang mana lagi
Darah pertambangan
Darah pertanian
Darah perumahan
Darah jalan tol
Darah media massa
Darah penerbangan
Darah kelautan
Darah retail
Darah properti
Darah perbankan
Darah darah darah

Kulihat darah
Di planet Mars
Di matahari
Di air
Di udara
Di api
Di mana lagi

Ggggrrrrr....
Bosan juga
Makan darah konvensional
Aku mau yang paling enak
Tapi darah yang mana
Tapi darah siapa
Mana darahnya
Cepat sediakan

Ahhhhh
Darahku sendiri
Kenapa tidak dicoba saja
GRrrrhhhhhh...
Enak juga ternyata
Habiskan saja
Toh masih banyak
Grrrhhh....

Lho
Siapa engkau
Kok melayang-layang
Malaikat ?
Mau mengajakku ?
Kemana ?
Ke neraka ?
Apakah di sana banyak darah ?
Iya ?
Ayolah !

Lho... kok nggak ada ?
Mana darahnya ?
Mana janjimu ?
Awas kau wahai malaikat
Akan kuhisap darahmu

15 November 2001

*****

Ada dan Tiada

ADA DAN TIADA

Hening dalam keriuhan
Riuh dalam keheningan

Kelam dalam kejernihan
Jernih dalam kekelaman

Terang dalam kegelapan
Gelap dalam keterangan

Senyum dalam kemarahan
Marah dalam senyum

Suci dalam dosa
Dosa dalam kesucian

Manis dalam kepahitan

Pahit dalam manis

2 Maret 2007

*   *   *

Rabu, 19 Agustus 2015

Senyum Sarita

Malam semakin tua
Banyak hantu berkeliaran
Kuterpaku akan senyummu
Yang menari di kegelapan

Langit semakin kelam
Banyak waria berkeliaran
Tida peduli
Kumabuk oleh bibirmu
Yang ranum bak mengkudu.

Lolong anjing malam
Membuatku merinding
Ada apa gerangan

Gemulaimu membuatku gila
Bagaikan tsunami menerpa bumi

Begitu banyak persoalan
Buruh, pornografi, Poso, Illegal logging
Freeport, Cepu, Timor Leste
Devoneering, Inasat, Ahmadinejad
Namun semua sirna
Bagaikan hujan sehari
Oleh senyum bibirmu, Sarita

Banyak persoalan tertutup awan
Adakah langit berganti warna
Adakah tiang langit akan runtuh
Adakah laut akan kering
Namun kerling matamu tetap menggoda
Bagaikan cahaya rembulan

Cahaya malam semakin redup
Matamu meredup
Gemuruh jangkrik mulai sepi
Tubuhmu terdiam
Dalam dekapanku

Sekecup
Serengkuh
Hatiku luruh
Tanganmu gemetar
Adakah Rahasia Ilahi

Sarita
Ku tunggu jandamu

14 Mei  2006


*****

Selamat Pagi Cinta

Dialah yang awal
Dialah yang akhir
Sebuah keabadian
Kesejatian
Sukma alam semesta
Kasih tiada batas

Sekian lama
Rasa itu terbenam
Oleh lumpur dosa
Selaksa abad
Noda demi noda
Tiada terbersihkan

Rasa yang terbenamkan
Oleh rasa bersalah
Akan kasih suci
Yang ternoda
Oleh kejamnya dunia
Dan keinginan
Yang tak kunjung padam
Akan nafsu duniawi

Dendam demi dendam
Meradang
Melukai
Dilukai
Darah
Air mata
Nanah
Hampa

Keabadian
Kunci pintu sorga

Keteduhan matamu
Aduhai lenggokmu
Genit senyummu
Adalah keabadian

Rasa itu datang lagi
Suka
Ceria
Cemburu
Dan sejuta jiwa
Menerpa alam semesta

Tiada noda tak terperi
Tiada dendam tak berkesudahan
Tiada mendung kelabu kekal
Tiada lagi

Kini
Kesejatian
Berkuasa
Dulu
Esok
Alam semesta tiada akhir

Senyummu abadi
Kuingin memiliki
Keangkuhan matamu
Yang tiada kelam

Rasa itu datang lagi
Tak tertepiskan
Menghampar jagat

Kalbu yang terjerat
Oleh asmara kembara
Kutakluk olehmu
Yang tiada batas
Kesejatian
Asmara
Langit alam semesta

Pancaran matamu
Menepis awan debu
Yang mengotori jiwa
Suci
Abadi

Rasa itu datang lagi
Bersemi
Di ujung langit

Kuakan memanjamu
Memujamu

Rasa itu datang lagi
Tak terperikan
Nikmatilah
Berdua
Dalam kasih
Alam semesta

Selamat pagi
Cintaku
Semoga abadi

11 Oktober 2002

*****

Sepasang Angsa

Di tepi sungai ini
Ku merenung diri
Mengingat dikau
Laksana Yusuf mengingat Zulaiha

Di tepian sungai ini
Angan menerawang
Pada rekah bibirmu
Pada rona pipimu
Pada kilau vespamu

Angsa bercinta
Sambil memangsa ikan
Di pinggir sungai
Yang biasa kau diami
Waktu mencuci pakaian

Angsa bercanda ria
Berasyik masuk
Daku mereka cuekin
Yang kini merana
Kau tinggalkan ku sendiri

Teringat aku
Pada gemulai pinggulmu
Waktu beranjak pulang
Dan deburan air yang nakal
Mencoba mengangkat kainmu
Ingin melihat vespamu

Kini semua tiada lagi
Kau pergi entah kemana
Dengan bandot tua
Pengusaha tuak jalanan

Namun ku yakin
Esok lusa
Dan sampai kapanpun
Vespa never die
Masih banyak gadis yang nyuci
Di sini
Di tepian sungai ini

Atas nama Tuhan Alam Semesta
Yang Maha Kasih Sayang
Aku menyebutMu
Mengagungkan sinarMu
Yang lembut menerpa vespa

Maha Suci Engkau
Yang telah menciptakan semuanya
Karena kasih sayangMu
Yang tiada terhingga
Pada hambaMu yang hina ini

Di pintuMu aku mengetuk

6 Desember 2002

*   *   *

Antara Kau dan Ibumu

Sore itu
Matahari tenggelam malu-malu
Daku menatapmu
Menyiram bunga
Bersama seorang gadis temanmu

Tiada mengenal lelah
Bunga kau sirami
Laksana Tuhan Alam Semesta
Yang mengasihi makhluknya.

Temanmu itu
Memotong dedaunan kering
Laksana hujan meniadakan debu

Jari lentik
Membelai bunga kembang
Ingin kusentuh
Menerbitkan debaran jiwa
Gemuruh langit ke tujuh
Gemerincing kursi Ilahi

Pandangan sayu
Menatap flora nan suci
Laksana mentari
Menyinari alam semesta

Oh bidadariku berdua
Suci nian hatimu
Kuingin menyinggahi
Kelembutan rona pipimu
Yang tanpa jerawat
Dan panu

Kemarin, esok, lusa
Tiada henti
Mengasihi bunga nan indah

Kupandangi ente berdua
Di tengah keheningan alam semesta
Bagai bulan kembar
Gemulai

Ingin kuraih
Kugapai
Kudaki
Kuterjuni
Keduanya

Tapi
Oh....
Betapa aku kaget
Ternyata temanmu itu
Adalah ibumu

Oh.....
Sayang sekali
Padahal
Aku lebih menyukai dia
Yang ternyata ibumu

Ahhhhhh........

6 Desember 2002

*   *   *

Cetusan Hati Seorang Waria

oh...
oh...
Oh Bang Bento
Cuma satu yang kuminta selama hidup ini
Cukur dulu kumismu itu
Geli ah.

28 Februari 2002

*   *   *

Vespaku III : Cinta Tanpa Swara

Sejuta rayuan takkan pernah selesai
Ribuan surat cinta takkan pernah cukup
Selaksa gombal takkan pernah selesai
Segudang kata cinta takkan terpenuhi

Walau seluruh air laut
Kujadikan tinta
Untuk menulis kata cinta
Takkan mencukupi

Walau seluruh pepohonan
Kujadikan pena
Untuk menulis aksara cinta
Takkan mencukupi

Lidahku sudah kelu
Telingamu sudah tuli
Tidak ada gunanya lagi
Kita berbagi cerita cinta
Apalah arti sebuah kata cinta
Siapapun bisa mengucapkannya

Malam demi malam kita lewati
Hari demi hari kita lewati
Cinta kita semakin jenuh
Cinta kita semakin pekat
Birunya biru
Merahnya merah
Putihnya putih
Memiliki sejuta makna

Di malam yang sendu ini
Mari kita nikmati
Keindahan cinta kita
Cinta yang suci
Kita nikmati
Tanpa kata-kata
Tanpa rayuan
Tanpa gombal
Tanpa rembulan
Tanpa bintang

Cinta untuk dinikmati
Bukan untuk diucapkan
Aku ingin mencintamu
Dengan penuh jiwa raga
Dengan penuh gairah suci
Kuingin memelukmu
Sendiri berdua
Menggapai dunia
Menggapai langit

Hentikan semua kata-kata
Hentikan semua rayuan gombal
Hentikan semua

Desahanmu
Desahanku
Desahan kita berdua
Begitu bermakna
Melebihi segalanya
Engkau begitu indah
Meliuk melambai
Bergetar menggelinjang
Dan akhirnya jatuh tiada daya

Tuhan
Engkau memang baik
Memberiku cinta
Lewat kekasihku tercinta

Tuhan
Thanks

15 November 2001

*   *   *

Vespaku IV : Angin Sepoi Sepoi

Di pantai ini
Pantai nan indah
Ku memelukmu
Di tengah kegelisahanku
Degup jantungmu
Menyanyikan lagu asmara
Mencoba menenteramkan hatiku
Yang dilanda resah

Kecupan bibirmu
Tak kuasa
Menenteramkan batinku
betapa ku merana
Merana atas kemunafikan mereka
Mereka yang ingin memisahkan kita
Merenggutku dari pelukanmu
Merenggutku dari belaianmu
Merenggutku dari desahan mesramu

Angin pantai mendayu-dayu
Kau merapatkan pelukanmu
Seakan meneguhkan hatiku
Takkan terpisahkan
Walau seribu dukun
Menyerang
Mencoba memisahkan kita
Namun
Kekuatan cinta kita
Yang terpancar di denyut nadimu
Membentengi kesyahduan cinta
Karunia Ilahi
Nikmat alam semesta

Burung camar
Meliuk-liuk
Kitapun mencebur
Dalam ombak lautan
Bagaikan ikan
Ke sana ke mari
Penuh kebebasan

Di pantai kita terkulai
Dengus nafasmu
Menyiratkan sejuta makna
Kekecup keningmu
Gelinjangmu
Meneguhkan hatiku
Binar bola matamu
Menikam kalbuku
Pelukanmu
Menyatukan hati yang galau

Tuhan alam semesta
Engkau maha pengasih
Berkati hati kami
Mengharungi lautan cinta
Dalam alunan Dewata
Dalam tarian mahadewi
Cinta bersemi
Menuju keabadian
Menuju kesejatian

15 November 2001

*   *   *

Gadisku

Ketika tendanganmu mendarat di punggungku
Ada sentuhan lembut menggetarkan kalbu
Kuterhampar di bumi
Dompet yang kucopet darimu
Kau raih kembali
Dan kau pergi meninggalkanku
Dengan semena-mena

Ketika kita berjumpa lagi
Tanganmu mengepal
Pandanganmu menajam
Kutahu kau bergetar
Karena getaran hatiku
Mengimbas menginduksi hatimu
Dan kau berlalu
Dengan lenggokmu yang anggun

Gadisku
Engkau tahu alunan nada kalbuku
Merindukan tendanganmu lagi
Dan berharap rupa
Sekepal tonjokanmu
Akan menyembuhkan lara di hatiku

Kutahu kau marah
Namun percayalah
Engkaulah yang pertama dalam sejarah hidupku
Yang pernah menggagalkan copetanku
Dan tertulis di lembaran negara
Serta terlukis di lembaran kisah peradaban

Gadisku
Betapa aku rindu
Lenggak lenggokmu nan tomboy
Mencerminkan pribadi maskulin
Menggetarkan dunia
Lenggokmu bagai sungai Mahakam
Menyimpan sejuta makna
Lenggokmu dilapisi jeans belel
Yang jarang dicuci
Mungkin setahun sekali
Manebarkan aroma kasturi nirwana
Membuatku mabuk kepayang
Bersulang tuak
Sukmaku terbang meraihmu dan dompetmu
Lenggokmu bak nyiur melambai
Di pantai Pandan nan permai

Gadisku
Kapan kau kucopet lagi

15 November 2001

*   *   *

Vespaku Hanya Untukmu

Oh Bang Bento tersayang
Pantatku memang merayu
Tapi mukaku adalah penipu

Walaupun aku janda kembang
Dan Bang Bento adalah duda kembang
Namun cintaku hanya untukmu

Oh Bang Bento jiwa ragaku
Walaupun engkau gagah perkasa
Dan ganteng mempesona full jerawat
Namun aku tetap mencintaimu

Bang Bento pujaan hati
Selagi belum ada yang lain
Aku akan selalu mencintaimu

Sukmaku melayang mendengar namamu
Kantongku robek melihat senyummu
Kucingku berlarian mendengar suaramu
Tetanggaku ketakutan melihat wajahmu

Bang Bento sinar hidupku
Kupertaruhkan hidupku demi cintamu
Kupertaruhkan nomor togel demi masa depan kita
Kupertaruhkan gelang gadaiku
Kupertaruhkan posisiku sebagai sekretaris partai oposisi
Semuanya demi kesucian cintaku pada engkau seorang

Bang Bento cahaya rembulan
Aku memang tidak suci lagi
Dan engkau pasti lebih tidak suci lagi
Itu pasti

Bang Bento curahan hatiku
Aku ingin kau nodai selalu
Lakukanlah, kurelakan

Bang Bento bunga hatiku
Aku rela di-DO dari kuliah
Aku rela ditilang polisi
Aku rela diculik intel
Aku rela masuk sorga
asal bersama dirimu

Bang Bento penghuni relung hatiku
Aku memang bukan pengemis cinta
Tapi aku adalah playgirl profesional
Takkan semudah yang nenekmu inginkan
Namun senyummu yang begitu buas
telah meluluhkan hatiku

Bang Bento pujaan kalbuku
Di mata Tuhan engkau memang bejad
Tapi di mataku engkau adalah Pangeran Kemesuman

Berjuta bintang sujud padamu
Juga berjuta tagihan hutang memburumu

Tak ada lagi kata yang dapat kulukiskan
Semoga engkau selalu merindukanku
Kasihmu yang dilanda kesepian
Yang baru bercerai untuk yang kesepuluh kalinya

Semoga perselingkuhan kita abadi

oh...
ohh...
ohhh...
jangan..
lepaskan...
jangan..
lepaskan...
jangan..
jangan..
jangan lepaskan...
jangan lepaskan...
jangan lepaskan...
aaaahhhhhhh....hhhhhhh.....
yeahh..hh..hh...hhh

15 November 2001

*   *   *

Ketika Rembulan Kasmaran

Dek
Di malam yang cerah ini
Di sinari rembulan purnama
Kenapa engkau menangis

Telah kucurahkan seluruh isi hatiku
Telah kuukir namamu di hatiku
Telah kuabadikan cinta kita
Di bukit Fujiyama
Di lereng Himalaya
Di kaki Lubuk Raya

Apa yang harus kulakukan
Untuk membuatmu tersenyum
Betapa ku sayang kamu
Betapa ku merindumu
Betapa ku kasihmu

Namun senyummu tak kunjung tiba

Dek
Kurindu binar bola matamu
Kurindu

Dek
Debur ombak lautan
Protes
Atas tenggelamnya senyummu
Di telan gelombang

Akan kuterjang rembulan
Untuk membuatmu tersenyum
Agar ku bisa bersemayam
Di relung cintamu
Di relung kalbumu

15 November 2001

*****

Lamunan Waria Tua

Sunyi senyap
Malam berlalu kelam
Tiada gelak tawa lagi
Hening mencekam
Tiada gemericik air
Tiada lagi

Sendiri aku di sini
Ditemani cahaya rembulan
Dan sebatang rokok kompil
Di tepi danau ini
Menatap kilauan bintang

Entah kemana mereka sekarang
Yang dulu memesraiku
Yang dulu kumesrai
Masihkah mereka seperkasa yang dulu
Ah......

Kurasakan saat-saat bahagia
Ditepi sungai itu
Kala ku dipangku mesra
Sambil bergelayut manja
Membisikkan kata cinta
Aku cinta padamu dan dompetmu

Entah harus berkata apa
Yang pasti aku menikmati
Sentuhan kasihmu
Menyeruak batinku

Aku rindu desahanmu
Aku rindu gelinjangmu
Aku rindu kumismu

Sekarang
Di masa senja ini
Kusendiri berteman sepi

Hembusan rokok tinggal sepenggal
Malam kian larut
Sepi semakin berkuasa

Di ujung peradaban ini
Kusadari
Dosa-dosa takkan dikarmakan
Karena ku yakin
Cinta tak mengenal dosa
Dan Tuhan maha tahu
Bahwa dosa hanyalah ilusi

Kasihku
Berlayarlah
Temuilah aku
Di diri mereka
Kasihku ada di mana-mana
Percayalah
Cinta bukan hanya di hati
Tapi meliputi dunia ini
Meliputi alam semesta

Ya Tuhan
Ampunilah mereka
Hambamu yang menolak kodrat
Aah.......

15 November 2001

*   *   *

Lamunan Pelacur Tua

Ku berjalan sendiri
Di ujung senja
Di ujung peradaban

Mereka berseliweran
Mereka dengan angkuh
Melewatkanku begitu saja

Tak seorang mengingatku lagi
Aku memang tak harum lagi
Kulitku sudah keriput
Pantatku sudah tepos
Dadaku sudah kendor
Mereka sudah melupakanku

Terngiang di benakku
Rayuan gombal
Tatapan nafsu
Para hidung belang
Manisku
Sayangku
Cintaku

Anganku terbang
Akan keperkasaan mereka
Betapa aku terkulai
Dan pacuan mereka
Jiwaku terbang ke angkasa
Dalam gelora nafsu

Kini
kuterhempas
Dalam putaran roda dunia
Merekapun meninggalkanku
Pindah ke yang lebih muda
Yang lebih montok
Yang lebih sexy
Yang lebih gemulai
Yang lebih kencang
Yang lebih sempit

Kopiku sudah dingin
Kutatap lenggok mereka
Menggapai dunia

Wahai pemburu nafsu
Raihlah sorgamu
Tuhan maha kasih

Kuingin sendiri
Menyicil dosa
Putriku nan cantik
Sudah beranjak dewasa
Mencapai cita-cita
tiada lagi harapanku
Selain kebahagiaannya

15 November 2001

*   *   *

Adakah

Tuhan
Adakah suci
Kain perca
Yangh tlah kunodai

27 Januari 2002


*   *   *

Vespaku


Kala sang bayu menyibak kabutmu
Terpancar pesonamu
Ah...... entahlah
Aku tak tahu apakah ini suatu dosa
Aku hanya mengagumi
Seni siptaan Ilahi yang teragung
Semoga kau mengerti, vespaku.

27 Januari 2002

*   *   *

Puspa Suci III

Malam sunyi
Hening
Sang hina dina menggapai masa depan

Malam sunyi
Senyap
Sang hina dina stress berat

Malam sunyi
Sepi
Sang hina dina senyum sinis menatap semua bukunya

Malam sunyi
Gelap
Hina dina ada yang mengganggu

Hai cadas
Mengapa kau selalu datang mengganggu
Sang hina dina tahu kau terlalu kokoh untuk dirontokkan

Cadas juga tahu
Si hina dina cuma setitik buih di pantai

Cadas
Biarkan hina dina menjadi dirinya sendiri
Jangan paksa dia untuk menjadi mulia
Kalau itu membuatnya tersiksa
Kalau itu membuatnya terpukul
Kalu itu membuatnya jatuh

Cadas
Kalu kau memang tetap memaksa
Datangkah
Datangilah si hina dina
Dia siap sedia dengan rentangan tangannya
Siap untuk memelukmu

Tapi jangan paksa
Hina dina datang merontokkanmu
Karena itu pedih dan sakit

*   *   *

Puspa Suci II

Angin berlalu
Ombak ditelan pantai
Silih berganti

Masa penentu
Datang tiada ampun
Mensabdakan takdir
Ya... takdir

Cadas dan sosok hina dina
Yang tak pernah bertaut

Walet berteriak
Bayu mendesah
Mengapa sosok hina dina semakin hina
Mengapa cadas semakin angkuh

Namun
Kala si hina dina membuih buih
Cadas bergema

Tapi
Gema itu bagai hinaan
Perih
Bagai buah simalakama
Membuai gema
Ataukah membiarkan berlalu ditelan ombak

*   *   *

Puspa Suci

Sosokmu cadas
Beribu ombak menerpa
Selaksa walet menatap tajam
Berjuta buih mengotori
Namun tetap tergar dan angkuh

Aku sosok hina dina
Ingin membongkah sebongkah cadas
Namun hanya dengan doa

Sunyi
Berlalu
Datang

Sesat kau memantulkan gema
Ku tahu sikapmu tegar
Namun kau telah jauh
Dikondrati Ilahi

Sungguh
Ku ingin membongkahmu, cadas
Miliki sukmamu
Terangi sunyimu
Sucii buihmu
Daki bukitmu
Taklukkan puncakmu
Masuki lorongmu
Rambah belantaramu
Puaskan nafsumu
Kokohkan tegarmu

*   *   *

Permata Sari III

Dulu
Kau bersinar pesona
Kerlap kerlip bintang tak bisa menandingimu

Waktu itu
Sinarmu membiasku
Sesuai dengan hukum pembiasan

Amor berkata
Kalbu memaksa

Sobat dari jauh
Jadi tumpahan yang tertumpah

Tapi sobast itu ceroboh
Tumpahan ditumpahkan padamu
Kau cuma bisa tersenyum

27 Januari 2002

*   *   *

Permata Sari II

Dalam keheningan zaman
Waktu bergulir mengikuti takdir
Yah, takdir
Kau mengusik keheningan itu

Dalam kericuhan burung pagi
Keangkuhan suaranya begitu merdu
Kau datang membuyarkan cengkerama

Dalam angan yang kian hilang
Sejengkal demi sejengkal hilang tertutup waktu
Kau menyapa lagi

Haruskah ku kenang dikau lagi
Haruskah kuinmgat dirimu lagi
Sedang aku jauh darimu
Sedang kau jauh dariku
Apakah harus ?

27 Januari 2002

*    *   *

Permata Sari

Kau mempesona
Bak sang rembulan purnama
Menerpa kalbu nestapa
Tanpa nada
Tanpa lagu
Tanpa kedipan mata

Hatimu
Hatiku
Hati hati

Sang bayu menyepoi sukma amor
Sayup
Sayup oh

Mengapa harus saling diam padahal hati kita saling menyapa setiap terjadi pertemuan nyata dan mimpi antara kita berdua ?

Mengapa

27 Januari 2002

*  *  *