Jumat, 19 Februari 2016

Kalijodo

Ada lenggok aduhai
Pinggul menggoda
Bibir ranum diselipi rokok
Tatapan hampa
Di tengah senyum sumringah

Hentakan musik
Jingkrak sana sini

Deritan ranjang
Guling sana sini

Malam gelap gulita
Ramai tak terperikan

Ku tatap wajah wajah tak berdosa
Dosa yg hanya menjadi akibat kejamnya kota
Dosa akibat negeri gemah ripah loh jinawi
Dosa di atas sesuap nasi

Sebentar lagi
Kalijodo menyusul kakaknya Gang Dolly

Takdir di depan mata
Kaum urban menitikkan air mata
Entah besok kan ada harapan
Ntuk berjalan gemulai lagi
Atau hanya berjalan lunglai

Negara wajib mengasuh kaum faqir miskin
Itu kata konstitusi
Namun negara sibuk mengurus korupsi
Bukankah KPK utk ngurus koruptor ?

Akankah mantan penghuni Kalijodo kan diurus ?
Bukankah mereka juga pemilik sah negeri ini

Duhai bapak bijak bestari
Pakai nurani, jangan pakai topeng


17 februari 2016

Rabu, 03 Februari 2016

Sisa Hangat Pelukmu

Air hangat itu
Perlahan
Menyisir punggungku

Ku pejam mata ini
Masih terasa
Sisa hangat pelukmu

Bahumu yg begitu dingin
Rona pipi yg tak lagi merah merona
Kerling mata yg tak lagi menggoda
Dan lenggok yg tak lagi berayun
Semua sirna

Namun hangat pelukmu
Begitu berarti
Mengisi relung hati
Yg tlah lama hampa

Air panas itu
Tlah lama berhenti
Menyisir punggungku
Ku teregun
Tanpa kusadari
Dikau tlah lama berlalu
Sisa hangat pelukmu
Seakan tak jua berlalu

Kususuri gelap malam
Semilir angin dingin
Takkan pernah bisa mengusir
Hangat pelukmu

Senyummu tlah lama sirna
Tinggal hangat pelukmu
Yg tersisa di kalbu ini
Ribuan jejak langkah
Tanpa terasa
Menemani gelap malam

Di antara sisa hangat pelukmu
Ku rindu senyummu


 13 Januari 2016

Hanyut

Kenapa ku hanyut
Pada bola matamu
Padahal kerlingmu
Biasa saja.

Kenapa ku hanyut
Pada basah bibirmu
Padahal lekuk senyummu
Biasa saja

Kenapa ku hanyut
Pada lenggok pinggulmu
Padahal goyangnya
Hanya ke kiri ke kanan

Kenapa
Di mana
Siapa
Mengapa
Suka
Ada
Tiada

Terkadang senyummu memabukkan
Terkadang menggiurkan
Terkadang begitu aduhai

Namun
Dirimu adalah misteri
Dan tetap misteri
Wajahmu tak bisa memendam misteri
Tak perlu terucap

Dikau butuh bahu ntuk menangis
Ntuk hilangkan misteri itu
Namun dikau lebih suka tersenyum
Menyenangkan semua orang
Tak perlu sedu sedan itu

Pada waktunya
Dirimu butuh ntuk menangis
Tangisan yang terisak
Tak perlu dipendam

Menangislah sayangku
Itu kan membersihkan luka batinmu
Biarkan dunia berputar apa adanya

Kebahagiaan adalah pilihan

21 Desember 2015

Angin Berhembus

Desir angin
Menerpa dahiku

Kusapa embun pagi
Yang tak pernah berhenti mengembun
Walau tetap sirna
Diterkam sinar mentari

Tanpa jemu
Kunanti dirimu
Walau kusadari
Harapan hampa

Hujan rintik
Angin sepoi
Deburan ombak
Desau gadis malam
Tawa renyah penjual jamu
Pekik merdeka kaum bonek

Terlalu banyak kisah terlewat
Mungkin dikau tlah banyak berubah
Namun yang pasti
Kuyakin
Senyummu masih senyum yg sama
Tawamu masih derai yg sama

Kini dikau hadir
Namun masih membawa misteri
Kami rindu tawamu

Dan aku rindu lenggang lenggokmu
Kencan denganmu kunanti


6 Desember 2015

Dirimu di Dirinya

Malam larut
Kita harungi gelap malam
Manjanya dirimu
Bernyanyi
Tralalala

Kepedihan hati yg tak tersembunyikan
Coba kau tutupi
Namun tetap terpancar

Kurengkuh bahumu
Sejenak nyanyianmu tertahan
Kujemput pipimu
Kukecup bibirmu
Matamu terpejam

Kuterpana
Betapa kau nikmati kecupan itu

Kembali ku rengkuh bahumu
Kubelai rambutmu
Kukecup lehermu
Meliuk merayu

Alunan mulan jameela telah lama terhenti
Kau buka matamu
Ada air mata menetes pelan
Kukecup air mata itu

Akankah cinta kita menyatu
Kau ada yg memiliki
Ku ada yg memiliki
Cinta terlarang
Suci di tengah noda

Tidurlah sayang
Kan kupeluk dirimu
Sampai mentari bersinar lagi


28 Nopember 2015