Langit sudah gelap gulita
Ku melaju di jalanan sepi
Kepala rasanya mau pecah
Pikiran terkuras
Terlalu banyak perilaku yg tak perlu
Tapi begitu dominan dalam negara amburadul ini
Siraman air dingin
Belum bisa mendinginkan pikiran
Ku hempaskan diri di kursi butut tua
Ditemani jus timun
Dan ocehan sentilan sentilun
Pikiran masih berkecamuk
Kupejamkan mata
Perlahan terasa sejuk di kalbu
Semakin kupejam mata
Semakin sejuk
Bayangan hitam perlahan memudar
Sayup sayup
Terpancar senyum indah
Oalah.......
Senyum itu lagi
Di tengah gemuruh pikiran
Senyum itu hadir lagi
Kuteguk jus timun
Tensi pikiran terasa menurun
Sentilan sentilun terus berkoar
Mata sudah tak pejam lagi
Senyummu hilang perlahan dari pelupuk mata
Hatiku berontak
Moralitas kehidupan terkoyak
Tujuan bernegara itu sudah terjerembab
Tiba tiba datang lagi senyummu
Terbit di pikiran
Kupandangi senyummu di pikiranku
Senyummu mendamaikan pikiranku
Kuteguk lagi jus timunku
Yang hanya tinggal seteguk
Pikiranku kembali kosong
Sekosong gelasku
Senyummu kali ini lain
Seakan mendorongku ke langit
Untuk apa terus di bumi
Bukankah langit begitu indah
Bukankah bumi penuh dosa
Kali ini senyummu aneh
Inikah senyummu yg sebenarnya
Sentilan sentilun sudah selesai entah berapa lama
Pikiranku kembali kosong
Mata sudah begitu berat untuk tidur
Kusadari
Kemunafikan masih menguasai diriku
Entah kapan akan menepi
Ku ingin melangkah ke dalam kerumunan abg
Namun langkahku seakan berhenti
Rembulan seakan marah
Sudahlah nak
Untuk apa berharap pada renbulan
Nikmati saja senyum manis itu
Walau tatap matanya masih menyisakan tanya
Sudahlah dek
Peraduan menantimu
Malam akan tetap berganti siang
Senyum itu akan selalu hadir
Di setiap detak jantungmu
Selamat malam senyum manis seorang
15 Agustus 2015
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar