Perlahan kusantap
Apel yg kubeli kemaren
Di toko ibu tua
Namun sisa kecantikannya masih terlihat
Apel tak berdaya
Utk pelepas dahaga
Pikiran yg penat
Tak mampu mengalahkan manisnya
Sepasrah buah apel
Sepasrah itulah birokrasi
Regulasi pasal karet di sana sini
Siap memenjarakan anak bangsa
Kami diam dituduh malas dan makan gaji buta
Kami bekerja dijerat pasal karet
Dan salam yg termahal di dunia
Dan mungkin di seluruh galaksi bima sakti
Apel semakin tak berdaya
Renyah
Serenyah tawamu
Kenapa senyummu hadir
Hanya ketika hatiku resah
Seakan ada kontak batin
Ntuk mengangkasa kembali
Seakan alam di sini mengusirku
Ntuk menyongsongmu
Kenapa senyummu hadir
Ketika hati ini hampa
Padamu tlah tercipta
Senyum getar jiwa
Apel hampir sirna
Senyummu tak pernah sirna
Ke beranjak
Mencoba hadir
Menghadap sajadah
DiriNya hadir lewat senyummu
Menari nari di pelupuk mata
5 Oktober 2015
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar